
Cianjur, Mitrapolisitv.com Dampak dari musim hujan yang acap kali hampir tiap hari hujan mengguyur Cianjur . Segala kemungkinan akan muncul dimana-mana, termasuk benih-benih penyakit yang terbawa air hujan.
Tidak hanya itu, tumpukan sampah dimana-mana, dan ada sampah yang menutupi saluran air atau parit yang akibatnya jadi tersumbat, sehingga air hujan meluap menggenangi sebagian jalan protokol yang di Cianjur.
Salah satu dampak yang ditimbulkan sampah busuk dan air hujan, adalah jentik-jentik dari berbagai jenis nyamuk. Jentik nyamuk paling berbahaya saat ini adalah jentik nyamuk malaria aides aigyfti, dan mengakibatkan demam berdarah atau Demam Berdarah Dengue (DBD).
Lonjakan kasus DBD ini mendapat sorotan tajam dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur. Sehingga mengeluarkan atau menerapkan status waspada DBD. Mengingat lonjakan kasus DBD dalambsatu bulan terakhir terjadi 238 kasus dan 6 orang diantaranya meninggal dunia.
Seperti disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Cianjur, dr. Yusman Faisal kemarin, selama bulan Februari 2024 telah terjadi lonjakan kasus DBD. “Tahun lalu hanya puluhan kasus dan dua orang meninggal dunia akibat terjangkit DBD,” katanya.
Seiring dengan melonjaknya kasus DBD lanjutnya, pemerintah menerapkan status kewaspadaan disejumlah daerah rawan DBD. Selain itu, penerintah juga melakukan sodialisasi kepada masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungannya masing-masing.
Berdasarkan data yang dihimpun, kasus DBD di Cianjur di bulan Februari 2024 mencapai 238 kasus yang telah ditangani dan mendapat pelatanan kesehatan di RSUD Cianjur. ” 6 orang diantaranya meninggal dunia ” terang Yusman.
Lonjakan kasus DBD tahun ini melebihi kasus yang sama di tahun kemarin, termasuk jumlah korban meninggal pasca mendapatksn pelsyalan kesehatan dari rumah sakit. ” Untuk itu pelayanan kesehatan disejumlah daerah ditingkatkan dan mengintensifkan betapa pentingnya menjaga kesehatan lingkungan,” ujarnya.
Dari 32 kecamatan yang afa di Ksbupaten Cianjur kata Kadinkes, tidak semua wilayah endemik DBD, hanya ada 4 kecamatan yang paling tinggi kasusnya seperti Kecamatan Cianjur, Cilaku, Karangtengah, dan Kecamatan Cipanas.
Dikatakannya juga, penyebab lonjajan kasus DBD karna tingginya curah hujan yang turun diakhir tahun 2023. ” diprediksi ada kemungkinan siklus 10 tahunan hingga penerapan status kewaspaan,” ujarnya.
Yusman juga mengungkapkan, ketika terjadi lonjakan kasus DBD di Maret 2024, pemerintah akan menerapkan status darurat DBD di Cianjur. ” Kami menghimbau masyarakat untuk mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air,” pungkasnya.
Subur.