KH. Muhsin Tanwiri Adalah Patriot dan Pendiri Madrasah Tanwiriyyah Yang Harismatik.

Cianjur.mitrapolisitv.com Sosok KH. Muhsin Tanwiri merupakan putra dari KH. Hasan Mukri dan Hj. Kulsum. Beliau di lahirkan di Cianjur pada hari Minggu 14 Oktober 1911. Sejak usia 17 bulan, ia diasuh dan dibesarkan oleh paman dan bibinya yang bernama H. Muhidin dan Hj. Tita Sopiah.

Demikian disampaikan cucu dari KH. Muhsin Tanwiri, bernama KH. Jamil Munawir, S.Ag, MM di rumahnya di Kp. Sindanglaka, Kecamatan Karangtengah, Kabupaen Cianjur, Sabtu ( 27/01/2024 ).

Pada waktu masa kecil KH. Muhsin Tanwiri, kerap digunakan untuk belajar agama. Sebagaimana kebiasaan anak kecil, beliau senang bermain bersama teman teman sebayanya. ” Namun di sela sela waktu senggangnya, Muhsin Tanwiri kecil itu waktu luangnya selalu digunakan untuk belajar ilmu ilmu agama dari sang ayah, KH. Hasan Mukri. Khususnya belajar baca Al Qur’an ” tutur Jamil Munawir.

Pada usia 7 tahun lanjutnya, beliau di sekolahkan di verwooleg atau setingkat Sekolah Rakyat ( SR ). Ketika usianya menginjak 10 tahun, ia melanjutkan ke Holand Internasional School ( HIS ) yang diselenggarakan Syarikat Islam di daerah Cianjur untuk belajar bahasa arab dan bahasa belanda.

Jamil Munawir juga mengatakan, di usia remaja atau sekitar 14 tahun umur Muhsin Tanwiri, belajar kitan kuning dari sang ayah. Dalam kurun waktu 3 tahun, mampu menyelesaikan kitab syariah ( fiqih ) sebanyak 10.kitab. ” Itu merupakan prestasi luar biasa bagi seorang Muhsin Tanwiri,” katanya.

Di usianya menginjak 17 rahun, Muhsin Tanwiri belajar di pondok pesantren di daerah Sukaraja Kabupaten Garut. Setelah menamatkan kitab Al-fiyah, ia melanjutkan belajar agamanya di Malangbong Garut. Di sana ia belajar ilmu Nahwu dan Shorof selama satu tahun. ” Meskipun sudah banyak ilmu yang di dapat, dia tetap belajar ilmu agama di lungkungan pesantren,” urainya.

Di usia 18 tahun, Muhsin Tanwiri menikah dengan seorang gadis bernama Siti Mariam putri dari seorang Kiai dari Jambudipa. Namun pernikahan itu hanta bertahan 5 bulan. Selama setahun menduda, ia menikah lagi untuk kedua kalinya dengan Siti Khodijah putri dari H. Syarqowi. Dari pernikahan keduanya, Muhsin Tanwiri di karunia dua orang anak gadis kecil, nasing masing bernama Siti Saodah dan Siti Habibah. Namun sayang, kedua putrinya meninggal dunia, dan selang beberapa di susul dengan kematian istrinya pada tahun 1353 H.

Dua bulan pasca kepergian istrinya, ia mengamalkan ilmunya yang di dapat selama belajar di pesantren dengan cara pengajian dan da’wah di berbagai tempat serta selalu beristiqomah kepada Allah SWT.

Di pernikahan ketiganya dengan seorang gadis bernama Siti Hafsah anak dari H. Sadili. Selama berumah tangga dengan Siti Hafsah, Muhsin Tanwiri di karuniai 14 orang anak. Dari 14 putra putri KH. Muhsin Tanwiri, 8 orang diantaranya telah meninggal dunia. ” Sampai saat ini tinggal 6 orang yang masih ada, yiatu 4 orang putri dan 2 orang putra. Keenam orang putra dan putri KH. Muhsin Tanwiri, mempunyai andil besar dalam membesarkan dan memajukan Pondok Pesantren Tanwiriyyah,” paparnya.

Sebagai seorang Kiai yang harismatik di tengah tengah masyarakat Sindanglaka, tak henti henti beliau selalu mengajak warga kepada kebaikan dan menjauhi larangan larangan agama. ” Dengan telaten dan santun beliau selalu mengajak warga berbuat kebaikan dan menjauhi larangan agama” tuturnya.

Meskipun ia telah memiliki ilmu agama yang mumpuni, KH. Muhsin Tanwiri selaku tekun belajar agama dari para kiai seniornya. Di antaranya adalah KH. Toha, KH. Rusain, KH. Hasanudin, K. Muhammad Muchtar, KH. Marzuki, KH. Daruttahsin, KH. Muhammad Isa, KH. Abdullah, K. Muhammad Bandi, dan KH. Abdullah Apandi.
” Kakek saya dalam kiprahnya selalu mendahulukan kepentingan agama daripada kepenting kepentingan yang du anggao tidak dan kurang bermanfaat bagi umat. Di samping itu, KH. Muhsin Tanwiri kerap memberikan siraman kepada para pejabat yang ada dibwilayah Kecamatan Karangtengah,” pungkasnya.

Subur

Berita Terkait