
Cianjur. Mitrapolisitv.com-Dampak dari hantaman gelombang tinggi yang terjadi dua hari terakhir di pantai laut Selatan Cianjur. Menghancurkan berbagai pasilitas di dermaga tempat pelelangan ikan Cidaun dan merusak sedikitnya 40 perahu milik nelayan hancur.
Berdasarkan keterangan dari Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( Kalak BPBD ) Kabupaten Cianjur, Asep Sukmana Wijaya, informasi Badan Meteolroogi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) cuaca ekstreem yang melanda wilayah Selatan Cianjur, akan berakhir hingga Maret 2024. Ketinggian gelombang mencapai 5 meter.
Pihak BPBD kata Asep, belum memastikan angka kerugian akibat hantaman gelombang tersebut. Namun lanjutnya, dia telah menerjunkan anggotanya untuk melakukan pendataan mengenai kerusakan perahu dan kerugian yang ditimbulkan bencana gelombang tersebut.
BPBD juga jauh-jauh hari telah memberikan himbauan kepada para nelayan untuk tidak melaut dulu. Mengingat curah hujan cukup deras, gelombang tinggi dan angin kencang yang menyapu perairan laut Selatan Cianjur.
Sementara pendapat sama disampaikan Dinas Peternakan Kesehatan Hewan dan Perikanan ( DPKHP ) Kabupaten Cianjur, mencatat puluhan perahu nelayan yang rusak, hancur dan perahu hilang terbawa arus gelombang Pantai Jayanti Cidaun.
Kepala DPKHP Kabupaten Cianjur, Aris Haryanto mengatakan, informasi yang diterima dari UPTD DPKHP Kecamatan Cidaun, ada 40 perahu rusak berat, hancur dan hilang akibat hantaman gelombang tinggi.
“Data sementara dari 40 perahu yang rusak, 20 di antaranya rusak berat bahkan ada yang pecah, sehingga nelayan hanya bisa pasrah sambil menunggu cuaca normal untuk mendaratkan perahunya,” kata Aris.
Dikatakannya DPKHP segera mengirim bantuan logistik guna meringankan beban nelayan di Pantai Selatan Cianjur khususnya di Pantai Jayanti. Setelah pendataan tuntas, DPKHP akan mengajukan bantuan perahu untuk nelayan seperti yang sudah dilakukan di Pantai Agrabinta beberapa waktu lalu.
Dengan begitu sambungnya, nelayan dapat kembali beraktifitas setelah mendapat perahu dan mesinnya. “Kami ajukan agar nelayan di pantai selatan yang perahunya rusak mendapat bantuan perahu kembali agar tetap dapat beraktifitas kembali.
” Kami juga mengajukan bantuan perahu ke provinsi dan pusat. Seiring masih tingginya curah hujan disertai gelombang tinggi, DPKHP meminta nelayan mematuhi arahan BMKG yang melarang nelayan untuk melaut selama gelombang tinggi yang puncaknya akan terjadi pada bulan Maret,” himbaunya.
“Kami juga meminta kelompok nelayan selama cuaca ekstrem melakukan piket guna memantau kondisi perairan disekitar pelabuhan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, termasuk bencana alam seperti banjir rob,” kata Aris.
Salah seorang nelayan, Rohyani (37), nelayan di Pantai Jayanti umumnya mengaku cuaca ekstrem juga membuat mereka kehilangan perahu yang terbawa gelombang ke tengah lautan.
“Harapan kami bantuan Pemerintah dapat segera diberikan karena selama ini nelayan jarang mendapat perhatian, kalau bisa perahu dan mesinnya,” kata Rohyani.
Senada, nelayan bernama Anen ( 45 ) mengatakan, lebih dari 30 perahu rusak parah, dan ada beberapa yang hilang terbawa arus gelombang, akibatnya para nelayan tidak dapat melaut.
” Kami berharap pemerintah memberikan bantuan biaya perbaikan perahu yang rusak dan mengganti perahu yang yang hilang terbawa arus gelombang,” katanya berharap.
Subur.